-->

Notification

×

Kategori Berita

CARI BERITA

Iklan

Iklan


Iklan



Kebangkitan Teater Riau

| Senin, Oktober 10, 2022 WIB | Last Updated 2022-12-03T10:23:47Z


MARWAH RIAU - Pandemi Covid-19 menjadi bencana bagi umat manusia di seluruh penjuru dunia. Banyak kegiatan yang dihentikan dan hanya bisa dilakukan dari rumah. Para pekerja paruh waktu yang mengandalkan kehidupannya di luar rumah, harus kehilangan pekerjaannya. Kerumunan dilarang karena berpotensi menjadi penyebar virus. Model baru cara berkehidupan dibuat dengan prosedur kesehatan (prokes) yang ketat. Dunia dipenuhi cerita horor dan seram tentang kematian.

Dunia seni, termasuk seni pertunjukan, ikut menerima imbas. Semua pertunjukan panggung yang melibatkan manusia untuk berkerumun, dilarang. Dunia seni mati suri. Banyak pekerja seni akhirnya seperti “mati kelaparan”. Mereka tak tahu lagi harus ke mana dan bagaimana caranya untuk mengepulkan dapurnya. Kreativitas menjadi terbungkam oleh pandemi dan tak ada jalan untuk mencari solusinya. 

Ketika pandemi kemudian mereda, kehidupan berangsur menuju normal. Hampir semua yang dibekukan semasa pandemi kini dibuka kembali. Semua kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan kini diperbolehkan kembali. Gairah hidup juga muncul kembali. Di semua sektor. Di semua kalangan. Juga di sektor seni. Termasuk seni pertunjukan, khususnya teater.

Maka, Festival Jagat Teater Riau 2022 yang diselenggarakan oleh Bidang Ekonomi Kreatif (Ekraf) Dinas Pariwisata (Dispar) Riau, menjadi salah satu kegiatan yang menggembirakan bagi kalangan seniman teater di Riau. Meski terbatas hanya menampilkan lima kelompok teater, tetapi hal ini memberi tanda bahwa kehidupan teater di Riau sudah mulai hidup lagi. Memang, sebelumnya ada juga pertunjukan yang ditaja oleh beberapa kelompok teater, namun Jagat Teater Riau 2022 dianggap menjadi titik balik kehidupan teater di daerah ini setelah pandemi berakhir.

Ketua Tim Kurator Jagat Teater Riau 2022, SPN Marhalim Zaini, menjelaskan, teater modern di Riau dalam perkembangannya telah memperlihatkan berbagai lanskap kerja dunia artistik yang kemudian menawarkan ragam tawaran estetik. Apa yang dapat diamati setidaknya dalam satu dasawarsa terakhir minus dua tahunan masa pandemi teater modern Riau menegaskan dirinya bahwa teater modern memang tidak lahir dari ruang kosong. Ia lahir dari rahim teater tradisional yang telah mengalami berbagai distorsi sosial dan sejarah, yang juga tidak terlepas dari tradisi dan budaya yang melingkupinya, termasuk oleh dinamika dunia modern dan global. 

Namun demikian, katanya, tidak pula harus dibayangkan, bahwa kemudian teater modern Riau menjadi stagnan, tidak dapat bergerak lebih jauh, melompat, melampaui, liar dan bebas dalam proses menggali dan menemukan estetika baru dalam karya pertunjukan mereka. Sebab dalam perkembangannya, pengaruh teater modern Indonesia, yang memungkinkan terbukanya ruang-ruang eksplorasi, cukup menjadi pemantik bagi lahirnya gagasan-gagasan baru dalam pertumbuhan teater modern Riau. 

 “Artinya, keragaman tawaran estetik harus dilihat sebagai nyawa pergerakan kreatif para pekerja teater, yang biasanya juga menyatu dalam kerja dan geliat kelompok mereka masing-masing,” kata Marhalim kepada reporter yang menemuinya di Studio Suku Seni, Ahad (2/10/2022) lalu.

Menurut lelaki yang juga novelis, cerpenis, dan penyair ini, tidak mudah mengukur capaian-capaian estetik, karena itu bukanlah kerja yang mudah di tengah berbagai problematika teater modern Riau, semisal tidak adanya pembacaan yang tertulis yang secara intensif meriset, menelaah, membandingkan, lalu mengujinya terus-menerus sehingga tidak dapat dengan mudah dilacak proses perkembannya. Selain itu tidak adanya kerja pengarsipan dan dokumentasi yang baik tentang berbagai karya pertunjukan yang telah disuguhkan, baik oleh lembaga pemerintah maupun non-pemerintah, bahkan oleh kelompok teaternya sendiri. Belum lagi soal produktivitas kelompok teater modern Riau yang naik-turun, bersifat sangat situasional, bahkan insidental. Setakat ini, menurutnya,  belum terlihat ada yang bersungguh-sungguh melakukan upaya pencarian dan penggalian yang terus-menerus, secara berkesinambungan, dengan target-target konsepsional yang teruji dan terukur.

Namun, katanya lagi,  bukan berarti  kemudian berhenti mencari kemungkinan-kemungkinan dan strategi untuk mulai melakukan pembacaan dan menjawab problematika di atas. Salah satu upaya itu misalnya melalui sebuah parade pertunjukan teater, menggelar sebuah festival, sebuah ruang yang memfasilitasi keberagaman estetika itu hadir dan tumbuh. Meskipun tidak pula hanya dapat berharap pada semata satu atau dua kali festival, lalu tersendat, berhenti bertahun-tahun.  

Demikian pula pementasan atau Festival Jagat Teater Riau ini, adalah sebuah ruang festival pembacaan yang semestinya akan terus berlangsung, dari tahun ke tahun, dengan kelompok-kelompok teater yang silih berganti, yang di tahun pertama (2022) ini pilihan kurator jatuh pada lima kelompok teater modern di Riau, yakni Suku Seni Riau, Teater Selembayung, Mini Teater, Teater Batra, dan Rumah Budaya Tengku Mahkota. Landasan kurator memilih lima kelompok tersebut, jelas penulis naskah dan sutradara teater ini, didasari pada beberapa pertimbangan. 

Di antaranya adalah terkait model pertunjukan yang disepakati dan ditentukan oleh tim kurator, yakni karya pertunjukan yang inovatif, bahkan eksperimentatif. Tentu, tafsir dan pengolahan bentuk dari model pertunjukan semacam itu, tetap diberi kebebasan seluas-luasnya kepada sutradara masing-masing. Pemilihan model pertunjukan ini bertujuan untuk membuka seluas-luasnya pula ruang eksplorasi gagasan, dan memberi kemungkinan yang paling muskil dari sebuah pertunjukan teater, sehingga diharapkan dapat melihat sejauhmana tawaran estetik dari pertunjukan tersebut.  

“Model pertunjukan ini, secara tematik dapat diangkat dari basis tradisi, atau dari fenomena sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Riau hari ini. Secara bentuk dapat pula digali dari model pertunjukan teater tradisi atau teater klasik semisal teater Bangsawan, atau salah satu model pertunjukan teater modern semisal teater realis,” jelas penulis buku kumpulan puisi Jangan Kutuk Aku Jadi Melayu ini. 

Dengan ketentuan model pertunjukan tersebut, tim kurator bersepakat untuk secara spesifik menunjuk para sutradara yang dianggap memiliki portofolio kreatif di dunia teater yang cukup baik, cukup konsisten dalam berkarya, dan melahirkan karya-karya pertunjukan yang cukup menjanjikan dalam hal inovasi dan eksperimentasi. Hal ini penting, karena secara konsepsional, sutradara memiliki peran kunci dalam merumuskan gagasan dan mengeksekusinya di atas panggung. Maka para sutradara yang ditunjuk harus menyampaikan gagasan dan konsepnya terkait pertunjukan, lalu dikurasi, didiskusikan kembali dengan para sutradara. Tentu saja, di luar lima sutradara dari lima kelompok teater terpilih, masih cukup banyak sutradara teater di Riau, yang mungkin dapat dinominasikan sebagai penyaji di tahun-tahun mendatang, dengan konsep kuratorial dan model pertunjukan yang berbeda pula sesuai target yang hendak dicapai.

Dalam kegiatan ini, tim kurator juga mengusulkan adanya lomba menulis esai pertunjukan teater yang dipentaskan dalam helat ini, serta workshop teater untuk pelajar. Dua helat ini, jelas Marhalim, sangat penting terkait penumbuhan apreasiasi serta proses regenerasi. Esai teater merupakan bagian dari kerja kritik teater yang memang semestinya berjalan seiring dengan pergerakan karya seninya. Selama ini, penulisan kritik teater terabaikan, yang menurut hemat kurator, disebabkan salah satunya oleh lemahnya upaya pembinaan. 

“Untuk bisa menggelar helat ini, kami para kurator dan pekerja teater bekerja keras dan berjuang agar Jagat Teater Riau bisa menjadi agenda tahunan di masa datang. Kesuksesan helat pertama ini menjadi titik awal kerja yang menjelaskan bahwa potensi teater sebagai ruang ekonomi kreatif sangat besar,” ungkap lelaki yang sukses mementaskan Opera Tun Teja ini.

DITEMUI terpisah, Kabid Ekraf Dispar Riau, Amry Setiawan, menjelaskan, Festival Jagat Teater Riau 2022 merupakan bagian dari Festival Ekraf Dispar Riau 2022, yang juga disatukan dengan kegiatan Kenduri Riau 2022. Selain pertunjukan teater yang waktunya dimajukan, dalam Festival Ekraf tersebut juga ada banyak kegiatan seperti pertunjukan musik, kuliner, tari, seni rupa, beberapa platihan ekraf, dll. 

 Amry mengucapkan terima kasih kepada para pekerja teater yang mempunyai ide untuk mementaskan Jagat Teater Riau 2022 tersebut. Menurutnya, ide-ide kreatif seperti ini sangat diperlukan oleh pihaknya sehingga kegiatan-kegiatan seperti itu bisa diselenggarakan dengan melibatkan langsung para pemiliki ide dan masyarakat secara luas.

“Kami di Bidang Ekraf Dispar Riau sangat mendukung kegiatan seperti ini karena langsung melibatkan orang-orang yang berada di bidangnya. Orang-orang yang tunak di bidang teater,” jelas Amry saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (4/10/2022). 

Dijelaskan Amry, setelah mendapatkan masukan dan usulan dari para pekerja teater tersebut, pihaknya langsung mempersiapkan apa-apa saja yang diperlukan dalam perhelatan tersebut. Semua konsep pertunjukan diserahkan kepada tim kurator yang kemudian dibentuk, yang terdiri dari Marhalim, Fedli Azis, dan Ade Puraindra. Mereka bertiga yang menentukan tema dan konsep, juga grup teater mana saja yang lolos kurasi.

Awalnya, jelas Amry, sebagai orang “baru” dalam dunia kesenian,  dirinya tak yakin pertunjukan teater akan mendapatkan perhatian dari masyarakat/penonton. Namun ketidakyakinannya itu kemudian terpatahkan, karena dalam tiga malam penyelenggaraan pertunjukan, tempat duduk di Gedung Teater Idrus Tintin penuh sesak oleh penonton. Masyarakat sangat antusias menyaksikan pertunjukan. 

“Sejak itu saya yakin bahwa teater memiliki massa tersendiri dan harus dikembangkan. Saya ingin festival teater seperti ini menjadi agenda tahunan Bidang Ekraf di Dispar Riau,” jelas lelaki kelahiran Pekanbaru, 42 tahun lalu tersebut.

Dengan menjadikan kegiatan tersebut sebagai agenda tahunan, Amry berharap di masa mendatang semakin banyak kelompok teater yang bisa mengikutinya. Dengan begitu, proses pembinaan akan terus terjadi karena semua kelompok teater akan terus berlatih untuk mempersiapkan diri mengikuti festival yang diagendakan setiap tahun. Selain itu,

 Amry juga menjelaskan bahwa pihaknya akan melakukan pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan teater ini, salah satunya workshop teater untuk pelajar, seperti yang diusulkan oleh tim kurator. Juga pelatihan dan lomba penulisan kritik teater, yang tahun ini penyelenggaraannya juga sudah berjalan bersamaan dengan Festival Jagat Teater. 

“Menurut saya Jagat Teater Riau 2022 berlangsung sukses, baik dari sisi penyelenggaraan maupun antusiasme masyarakat. Saya berharap ini menjadi titik awal dari kembali bergairahnya dunia teater Riau setelah pandemi,” jelas lelaki yang lama bekerja di Biro Umum Setda Provinsi Riau tersebut.

ADA  lima kelompok teater yang lolos kurasi dan tampil di Jagat Teater Riau 2022 yang diselenggarakan pada 24-26 September 2022 tersebut. Yakni Suku Seni dengan judul Dimensia, Mendaur Rumah Ingatan, disutradarai oleh Marhalim Zaini; Mini Teater dengan Lesung Gelagaran yang disutradarai Ade Puraindra; Teater Batra dengan  HOM yang disutradarai Pay Lembang; Selembayung dengan  Migran Terakhir yang disutradarai Fedli Azis; dan Rumah Budaya Tengku Mahkota dengan judul  Buatan on Framework yang disutradarai Muhammad Rezza Akmal. Selama tiga malam pementasan, apresiasi pecinta teater sangat tinggi. Mereka datang ke Gedung Teater Idrus Tintin dengan penuh antusias. Mereka datang dari berbagai kalangan dan usia. Tapi kebanyakan anak-anak muda milenial. 

Menurut Muhammad Rezza Akmal, antusiasme penonton yang datang dalam pertunjukan teater ini pertanda baik bagi dunia teater Riau. Sutradara Buatan on Framework yang tampil paling akhir pada Ahad (26/9/2022) ini mengaku senang dengan fenomena ini. “Mungkin karena sudah lama tak ada pertunjukan teater di Idrus Tintin ya. Tetapi saya berharap ini benar-benar karena semakin banyak orang mencintai teater,” ujar Rezza Akmal, Sabtu (8/10/2022). 

Rezza mengakui, pandemi corona memang nyaris membunuh kreativitas dan semangatnya dalam berteater. Pada masa hampir dua tahun tersebut, para anggota Rumah Budaya Tengku Mahkota yang dibinanya –yang sebagian mahasiswa— banyak yang memilih pulang ke kampung masing-masing karena kegiatan perkuliahan dilakukan secara daring (online). Akibatnya, proses latihan sangat terganggu dan rencana menyelenggarakan pertunjukan juga dihentikan. 

“Saya benar-benar patah arang waktu itu. Anggota banyak yang memilih pulang kampung dan pertunjukan di tempat umum tidak dibolehkan,” jelasnya lagi. 

Namun, di tengah segala keterbatasan itu, dia tetap mencari alternatif agar kegiatan berteater tak mati. Selain membuat pertunjukan secara off line dan di-posting di YouTube atau kegiatan-kegiatan podcast, Rumah Budaya Tengku Mahkota tetap membuat pertunjukan di studio mereka dengan pemain yang tersisa di Pekanbaru dan penonton terbatas. Hanya 20-30-an penonton yang hadir. Mereka tetap menjual tiket pertunjukan, dengan standar operasional corona yang ketat. 

Hal itu cukup mengobati kreativitas mereka. Setelah itu, saat prokes Covid-19 mulai longgar dan perguruan tinggi mulai melakukan proses belajar secara langsung seperti biasa, satu per satu anggotanya yang pulang kampung mulai berdatangan kembali. Gairah berlatih di sanggar pun muncul lagi.

Ketika Rumah Budaya Tengku Mahkota terpilih dalam kuratorial untuk tampil di Festival Jagat Teater Riau 2022, antusias dirinya bersama para anggota bertambah tinggi. Mereka berlatih dengan keras dalam persiapan pementasan tersebut. Sebagai kelompok teater yang selama ini tunak di teater tradisional Bangsawan, dia kemudian memutar otak. Persyaratan dari tim kurator bahwa pementasan Jagat Teater Riau 2022 diharapkan lebih esperimental dan inovatif, membuatnya harus mengubah naskah dari gaya teater Bangsawan menjadi lebih inovatif. 

“Kondisi itu membuat saya harus mengubah naskah agar lebih eksperimental. Kami masukkan bagaimana proses latihan kami ke panggung. Dan jadilah pementasan kami, bergaya teater Bangsawan yang inovatif. Nanti kami akan mementaskan khusus Teater Bangsawan yang proses latihannya  ada dalam Buatan on Framework,” ujar Rezza lagi. 

Dia berharap, Festival Jagat Teater Riau akan terus berkesinambungan di masa mendatang agar para pegiat teater di Riau mempunya agenda tahunan. Menurutnya itu penting karena agenda tahunan akan membuat sanggar dan pegiat teater terus menulis naskah dan terus berlatih karena ada agenda yang akan diikuti. Kalau tidak ada agenda khusus, mereka juga tak fokus latihan karena harus mencari tempat pertunjukan laiannya yang tak pasti.*

Sumber: www.riaupos.jawapos.com > Titik Balik Kebangkitan Teater Riau