-->

Notification

×

Kategori Berita

CARI BERITA

Iklan

Iklan


Iklan



Muslimah yang Jadi Google Doodle Hari Ini Ternyata Seorang Pejuang Kemerdekaan

| Rabu, September 14, 2022 WIB | Last Updated 2022-12-03T08:52:23Z

Bandung - Membuka laman Google hari ini, kamu akan mendapati doodle seorang wanita berjilbab yang sedang berbicara di depan pengeras suara. Siapakah dia?. Dia adalah HR Rasuna Said, muslimah yang merupakan pejuang kemerdekaan dan emansipasi wanita di Indonesia. Rasuna Said lahir pada 14 September 1910 yang kemudian hari ini diperingati oleh Google.

Bernama lengkap Hajjah Rangkayo Rasuna Said, ia adalah salah satu pahlawan nasional perempuan dari Sumatera Barat. Rasuna Said juga dikenal sebagai seorang orator handal. Dalam perjuangannya Rasuna Said tidak hanya fokus pada hak-hak wanita. Tetapi ia juga memperjuangkan terkait pendidikan dan juga politik.

Pada tahun 1929, Rasuna menikah dengan Duski Samad, seorang rekan pengajar dan aktivis politik. Orang tuanya tidak merestui pernikahan tersebut. Mereka memiliki seorang putri, tetapi pernikahan itu berakhir dengan perceraian di awal tahun 1930-an. Dia kemudian diam-diam menikah dengan Bariun AS, meskipun dia mengatakan bahwa perjuangan kemerdekaan lebih penting daripada suaminya.

Rasuna meninggal dunia pada 2 November 1965 di Jakarta karena mengidap kanker darah. Meninggalkan seorang putri bernama Auda Zaschkya Duski dan 6 cucu Kurnia Tiara Agusta, Anugerah Mutia Rusda, Moh. Ibrahim, Moh. Yusuf, Rommel Abdillah dan Natasha Quratul'Ain. Rasuna Said dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

Pada tanggal 13 November 1974, berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 084/TK/Tahun 1974, ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia atas jasa-jasanya dalam perjuangan kemerdekaan oleh presiden Soeharto, perempuan kesembilan yang dianugerahi kehormatan ini.

Sebuah jalan arteri utama di Jakarta (Jalan HR Rasuna Said), Padang, dan Payakumbuh, dinamai menurut namanya. Di Jakarta, salah satu turunan nama yang berasal dari Jalan HR Rasuna Said adalah Stasiun LRT Rasuna Said, salah satu stasiun LRT Jabodebek.

Kiprah Rasuna Said

Rasuna Said mengenyam pendidikan di pesantren Ar-Rasyidiyah. Saat itu, ia menjadi santri perempuan satu-satunya. Ia juga dikenal sebagai sosok yang pandai, cerdas, dan pemberani. Rasuna Said kemudian melanjutkan pendidikan di Diniyah Putri Padang Panjang, dan bertemu dengan Rahmah El Yunusiyyah, seorang tokoh gerakan Thawalib. Gerakan Thawalib adalah gerakan yang dibangun kaum reformis Islam di Sumatra Barat.

Banyak pemimpin gerakan ini dipengaruhi oleh pemikiran nasionalis-Islam Turki, Mustafa Kemal Atatürk. Rasuna Said sangatlah memperhatikan kemajuan dan pendidikan kaum wanita.

Rasuna Said juga mendalami agama pada Haji Rasul atau Dr H Abdul Karim Amrullah yang mengajarkan pentingnya pembaharuan pemikiran Islam dan kebebasan berpikir yang nantinya banyak mempengaruhi pandangan Rasuna Said.

Rasuna Said juga seorang jurnalis, ia dikenal dengan tulisan-tulisannya yang tajam. Pada tahun 1935 Rasuna menjadi pemimpin redaksi di sebuah majalah, Raya. Majalah ini dikenal radikal, bahkan tercatat menjadi tonggak perlawanan di Sumatra Barat. Namun polisi rahasia Belanda (PID) mempersempit ruang gerak Rasuna dan kawan-kawan.

Pada tahun 1937, di Medan, Rasuna mendirikan perguruan putri. Untuk menyebar-luaskan gagasan-gagasannya, ia membuat koran mingguan bernama Menara Poeteri. Koran ini banyak berbicara soal perempuan. Meski begitu, sasaran pokoknya adalah memasukkan kesadaran pergerakan, yaitu antikolonialisme, di tengah-tengah kaum perempuan. Rasuna Said mengasuh rubrik "Pojok". Ia sering menggunakan nama samaran: Seliguri, yang konon kabarnya merupakan nama sebuah bunga. Tulisan-tulisan Rasuna dikenal tajam, kupasannya mengena sasaran, dan selalu mengambil sikap lantang antikolonial.

Pada masa pendudukan Jepang, Rasuna Said ikut serta sebagai pendiri organisasi pemuda Nippon Raya di Padang yang kemudian dibubarkan oleh Pemerintah Jepang.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Rasuna Said aktif di Badan Penerangan Pemuda Indonesia dan Komite Nasional Indonesia. Rasuna Said duduk dalam Dewan Perwakilan Sumatra mewakili daerah Sumatra Barat setelah Proklamasi Kemerdekaan. Ia diangkat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS), kemudian menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung setelah Dekret Presiden 5 Juli 1959 sampai akhir hayatnya.(detik.com)